PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN BETON
2.1 PENDAHULUAN
Beton adalah
sebuah bahan bangunankomposit yang terbuat
dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen portland, yang
terdiri dari campuran bahan dasar yaitu semen,
agregat halus, agregat kasar, air, dan bahan tambahan (admixture). Bahan tambah (admixture) adalah
suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan
beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan/betonnya (Cukipz,
2011).
Semen adalah
bahan perekat atau lem yang bisa merekatkan bahan-bahan material lain seperti
batu bata atau batu koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan,
secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat.Kombinasi semen
terdiri dari berbagai mineral yang jika dicampurkan dengan air akan mengalami
hidrasi dan dengan cepat akan mengeras biasanya antara 4
6 jam. Semen yang biasa digunakan untuk membuat beton
adalah semen portland, suatu bahan
konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang
terpenting, apabila semen portland
dicampurkan dengan agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan agregat halus
(pasir) kemudian dibubuhi air, maka terdapatlah beton. Semen portland didefinisikan sesuai dengan
ASTM C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium
silikat hidrolik, yang pada umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium
sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya.
Air pada
campuran beton akan berpengaruh terhadap sifat workability adukan beton,
besar kecilnya nilai susut beton, kelangsungan reaksi dengan semen portland sehingga dihasilkan kekuatan
selang beberapa waktu, peranan air sangat mendukung perawatan adukan beton
diperlukan untuk menjamin pengerasan yang baik. Air berpengaruh terhadap
kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan
beton itu sendiri. Selain itu, kelebihan air akan mengakibatkan beton mengalami
bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan
adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya
lekatan beton antara lapis permukaan (akibat bleeding) dengan beton
lapisan di bawahnya, kurangnya lekatan antar dua lapisan tersebut merupakan
area yang lemah.
Beton tidak akan terbentuk tanpa
adanya campuran dari agregat, di dalam beton agregat memiliki peranan penting
dalam pembentukan karena kandungan agregat dalam beton kurang lebih 60,000%
70,000% dari berat campuran beton. Agregat juga
memiliki fungsi lain yaitu sebagai penentu mutu benton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan sebagai bahan dasar dibedakan berdasarkan ukuran yaitu
agregat halus dan agregat kasar.
Agregat halus
merupakan pengisi (filler) yang
berupa pasir. Ukurannya bervariasi di bawah saringan No.4 menurut standar
ASTM. Agregat halus yang baik harus
bebas bahan organik, lempung, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran
beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik,
yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials). Beton penahan radiasi,
serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
Percobaan yang menggunakan agregat halus sebelum menjadi bahan campuran beton
yaitu percobaan analisis saringan agregat halus, berat jenis dan penyerapan agregat
halus, bobot isi dan rongga udara agregat halus, kadar air agregat halus, kadar
lumpur dan lempung agregat halus, kadar bahan organik agregat halus, soundness test
agregat halus, bulking factor test.
Agregat kasar
adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 4,750 mm (No.4) sampai 40,000 mm. Kerikil, dalam penggunaannya
harus memenuhi syarat-syarat seperti butir-butir keras yang tidak berpori serta
bersifat kekal yang artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari
dan hujan, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1,000%, apabila melebihi
maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya, tidak boleh mengandung
zat yang dapat merusak batuan seperti zat-zat yang reaktif terhadap alkali,
agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya tidak
melebihi 20,000% dari berat keseluruhan.Percobaan yang menggunakan agregat
kasar sebelum menjadi campuran beton yaitu analisis saringan agregat kasar, berat
jenis dan penyerapan agregat kasar, bobot isi agregat kasar, kadar air agregat kasar,
kadar lumpur dan lempung agregat kasar, abrasion test, soundness test agregat
asar, analisis bentuk agregat kasar.
Bahan tambah
(admixture) adalah suatu bahan berupa
bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama
pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya berdasarkan
ACI (American Concrete Institute), bahan
tambah adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan
dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau sesudah pengadukan
berlangsung. Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar
tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan
tambah ini cenderung merupakan pengganti atau susbtitusi dari dalam campuran
beton itu sendiri.
Tujuan dari pemeriksaan
bahan campuran beton adalah untuk menentukan dan mengetahui bagaimana kualitas
dan karakteristik dari bahan campuran beton yang akan digunakan dalam pembuatan
beton supaya dapat menghasilkan kualitas mutu beton yang baik. Bahan dasar
campuran beton seperti semen, air, agregat dan bahan tambahan (admixture)harus memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan, karena apabila tidak memenuhi syarat yang telah
ditentukan dapat mempengaruhi mutu beton itu sendiri.
2.2 PEMERIKSAAN SEMEN
2.2.1 Percobaan Kehalusan Semen
2.2.1.1 Maksud
Percobaan
ini dilakukan untuk menentukan kehalusan semen. Kehalusan semen merupakan salah
satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi antara semen
dengan air dan sebagai bahan pengikat pada campuran beton.
2.2.1.2 Landasan Teori
Semen
adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi satu massa yang padat.
Semen yang dimaksudkan
untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan mengeras dengan adanya air yang
dinamakan semen hidraulis yaitu semen yang bereaksi dengan air dan membentuk
suatu bahan massa.Bahan dasar semen pada
umumnya ada 3 macam yaitu klinker/terak
(70,000% hingga 95,000%, merupakan hasil olahan pembakaran batu kapur,
pasir silika, pasir besi dan
lempung), gypsum (sekitar 5,000%, sebagai
zat pelambat pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan lain-lain.
Apabila unsur ketiga tersebut tidak lebih dari sekitar 3,000% umumnya masih memenuhi
kualitas tipe 1 atau OPC (Ordinary
Portland Cement). Percobaan kehalusan semen dilakukan untuk mengetahui
kualitas semen apakah masih baik untuk digunakan atau tidak(Angga, 2017).
Kehalusan semen portland
merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi antara
partikel semen dengan air. Dengan semakin halus butiran semen portland, maka reaksi hidrasi semen akan
semakin cepat, karena hidrasi dimulai dari permukaan butir. Semen merupakan
bahan pengikat yang berfungsi untuk mengikat agregat halus dan agregat kasar
dengan air dalam suatu adukan, seperti adukan beton atau plesteran
(Firmansyah,2014).
2.2.1.3 Peralatan
Peralatan
yang digunakan pada saat pengujian kehalusan semen adalah sebagai berikut:
1.
Saringan No.100
2.
Saringan No.200
3.
Timbangan
4.
Kuas
5.
Sieve
shaker
6.
Pan
dan cover
2.2.1.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang harus dilakukan dalam
percobaan kehalusan semen adalah sebagai berikut:
1.
Menimbang saringan No.100
(W1)
2.
Menimbang saringan No.
200 (W2)
3.
Mengambil semen
seberat 500 gram (W3)
4.
Menyusun saringan
dengan susunan paling atas adalah saringan No.100, kemudian saringan No.200 dan
yang paling bawah adalah pan.
5.
Memasukkan semen yang
telah ditimbang sebelumnya ke dalam saringan No.100 kemudian menutup dengan cover.
6.
Mengguncangkan susunan
saringan tersebut dengan sieve shaker
selama 10 menit.
7.
Mendiamkan susunan
saringan selama 5 menit agar debu-debunya mengendap.
8.
Menimbang saringan
No.100 berikut semen yang tertahan diatasnya (W4).
9.
Menimbang saringan
No.200 berikut semen yang tertahan diatasnya (W5).
2.2.1.4 Data Percobaan
Data
yang didapat dari hasil percobaan kehalusan semen dapat dilihat pada Tabel 2.1:
Tabel
2.1 Data Percobaan Kehalusan Semen
Parameter
|
Nilai
|
||
Berat saringan No.100
|
|
(g)
|
377,700
|
Berat saringan No.200
|
|
(g)
|
243,100
|
Berat semen
|
|
(g)
|
500,000
|
Berat semen + saringan No.100
|
|
(g)
|
482,600
|
Berat semen + saringan No.200
|
|
(g)
|
443,400
|
2.2.1.5 Perhitungan
Perhitungan
pada percobaan kehalusan semen menggunakan rumus adalah sebagai berikut:
F1 =
=
= 20,980%
F2 =
=
= 40,060%
Dimana:
W1 :
berat saringan No.100 (g)
W2 : berat saringan No.200 (g)
W3 : berat semen (g)
W4 : berat saringan No.100 + semen yang
tertahan (g)
W5 : berat saringan No.200 + semen yang
tertahan (g)
F1 : persentase semen tertahan saringan
No.100 (%)
F2 : persentase semen tertahan saringan
No.200 (%)
Semen dikatakan
memenuhi persyaratan kehalusan apabila:
1.
Tertahan saringan
No.100 ≤ 0,000%
2.
Tertahan saringan
No.200 ≤ 22,000%
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan
Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Percobaan Kehalusan Semen
Parameter
|
Nilai
|
|
Berat saringan No.100
|
(g)
|
377,700
|
Berat saringan
No.200
|
(g)
|
243,100
|
Berat contoh uji
semen
|
(g)
|
500,000
|
Berat saringan No.100
+ semen tertahan
|
(g)
|
482,600
|
Berat saringan No.200
+ semen tertahan
|
(g)
|
443,400
|
Persentase semen
tertahan saringan No.100
|
(%)
|
20,980
|
Persentase semen
tertahan saringan No.200
|
(%)
|
40,060
|
2.2.1.6 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan kehalusan semen dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
dilihat hasil dari persentase semen yang tertahan pada saringan No.100 adalah 20,980%
dan persentase semen yang tertahan pada saringan No.200 adalah 40,060%. Syarat
kehalusan semen yang baik untuk pembuatan beton yaitu persentase semen yang
tertahan pada saringan No.100 seharusnya ≤ 0,000% sedangkan pada saringan
No.200 seharusnya ≤ 22,000%. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dikatakan
bahwa semen tidak memenuhi syarat kehalusan.
2.3 PEMERIKSAAN
AIR
2.3.1 Percobaan pH Air
2.3.1.1 Maksud
Percobaan pemeriksaan pH air dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah nilai pH air secara kasar.
2.3.1.2 Landasan Teori
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
didefinisikan sebagai kologaritmaaktivitasion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas
ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. pH
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.
Air murni bersifat netral,
dengan pH-nya pada suhu 25°C ditetapkan sebagai 7,000. Larutan dengan pH kurang
daripada 7,000 disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih dari 7,000 dapat dikatakan
bersifat basa atau alkali. Air untuk
campuran beton memiliki syarat yaitu keadaan air harus jernih, memiliki rasa
tawar, tidak berbau, memiliki pH netral yaitu 7,000(Rahmawati,2011).
2.3.1.3 Peralatan
Peralatan
yang digunakan pada saat percobaan pemeriksaan pH air adalah sebagai berikut:
1.
Cawan
2.
Indikator Universal
2.3.1.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang harus dilakukan dalam
percobaan pemeriksaan pH air adalah sebagai berikut:
1.
Memasukkan sampel air minimal 200 ml
ke dalam cawan.
2.
Mencelupkan indikator universal ke dalam sampel air tersebut lalu memeriksa
perubahan warna yang terjadi.
3.
Membandingkan warna tersebut dengan warna-warna standar pada indikator,
memilih yang paling mendekati sehingga pH-nya dapat ditentukan.
2.3.1.5 Data Percobaan
Hasil pH air yang didapatkan dari percobaan
pemerikasaan pH air dengan menggunakan indikator universaldapat dilihat dari
gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1
Hasil Percobaan pH Air
2.3.1.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data pada saat percobaan jumlah pH
air yang didapat adalah 7,000 yang berarti pH air tersebut netral, syarat SNI
03-6817-2002 yaitu pH air tidak melebihi
8,500 dan tidak kurang dari 4,500.
2.3.2 Percobaan Kadar Bahan Padat
dalam Air
2.3.2.1 Maksud
Percobaan
kadar bahan padat dalam air dimaksudkan untuk menentukan konsentrasibahan padat
atau garam mineral di dalam air.
2.3.2.2 Landasan Teori
Air merupakan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah
terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Zat padat yang berada dalam air (solid)
dapat didefinisikan sebagai materi yang tersisa (residu) jika sampel air
diuapkan dan dikeringkan pada temperatur 100°C─105°C. Residu air dari penguapan
dan pemanasan tersebut dapat berupa senyawa organik atau anorganik, baik dalam
bentuk terlarut maupun yang tersuspensi dalam air.
Total zat padat
yang terlarut (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu
zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya
berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer. Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral.
Setidaknya, dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun
air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetik, obat-obatan, dan
makanan (Misnani,2011).
Total padatan
terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan
kertas saring millipore dengan ukuran
pori 0,450 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik
yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya
TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.
Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan
surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri
pencucian (Goelanz, 2013).
2.3.2.3 Peralatan
Peralatan
yang digunakan pada saat percobaan kadar bahan padat dalam air adalah sebagai
berikut:
1.
Gelas ukur 100 ml
2.
Cawan penguap
3.
Oven
4.
Timbangan
5.
Desikator
6.
Hot plate
2.3.2.4 Prosedur Percobaan
Prosedur yang harus dilakukan dalam
percobaan kadar bahan padat dalam air adalah sebagai berikut:
1.
Menimbangcawan yang akan digunakan (W1).
2.
Memasukkan sampel air sebanyak 100,000 ml ke dalam cawan penguap, lalu
menguapkannya dalam hot plate sampai
airnya hampir habis.
3.
Memasukkannya kedalam oven 132oC sampai beratnya tetap (±1 jam).
4.
Mendinginkannya dalam desikator.
5.
Menimbang berat cawan dan berat kering residu yang tertinggal (W2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar